Coltrane Brigade Communique: Album Sophomore Nano-Nano Leipzig!

Coltrane Brigade Communique: Album Sophomore Nano-Nano Leipzig!

 

Supefriends penikmat musik indie lokal pasti udah familiar sama band post-punk asal Bandung ini: Leipzig. Band yang walaupun baru dibentuk tahun 2021 tapi diisi member yang udah lama wara wiri di skena musik indie Bandung ini baru rilis album sophomore mereka 10 November kemarin yang bertajuk Coltrane Brigade Communique. Mereka masih datang dengan kekhasan yang mereka bawa di album debut mereka, Garbage Disposal Communique yang dilepas tahun 2022 lalu: seperti lirik yang kadang berat banget tapi gak jarang kocak juga, dengan name dropping sana sini— dari Affandi sampai Dali, dari Warhol sampai Tatang S. Batasan bahasa juga masih mereka terobos dengan lirik mereka yang multilingual, dari bahasa Indonesia, Inggris, Sunda, sampai Perancis!


Perbedaan pertama yang paling kentara antara album ini dari album debut mereka adalah durasi! Yes, kalo lagu-lagu di album sebelumnya rerata durasi lagunya singkat nan padat, di album ini mereka mulai main dengan durasi yang lebih panjang, misalnya di lagu Deluded & Distracted yang mereka bawain bareng Elang Eby. Nah, ini juga yang jadi fun fact di album kedua ini. Leipzig berhasil menggaet pemain-pemain lama di skena indie Bandung. Selain Elang Eby (Polyester Embassy), ada Marshella Safira (Mooner), Latif Prabowo (Swarm), dan Brez84.

 

Selain itu, di album ini juga kerasa dinamika lagu yang lebih bervariasi dari album sebelumya. Di lagu Goodbye Blue Monday, sang vokalis Mario alih-alih teriak-teriak kayak di kebanyakan lagu Leipzig umumnya, justru mamerin karakter vokal syahdu yang jarang dipake bareng Leipzig. Tempo lagu di album ini pun lebih santai, kayak di lagu Forever Bacang yang diakhiri dengan fade out ala-ala musik jaman baheula, juga di lagu pamungkas Cadas Pangeran in C Minor yang malah instrumental dan gak Leipzig banget. Kerasa banget kalo mereka lebih bebas bereksplorasi dengan musiknya.

 

Ada yang gak kalah menarik dari band yang namanya diambil dari nama kota tua di Jerman dengan populasi anak punk yang banyak ini: yaitu mereka bundling album mereka dengan jenglot! Iya jenglot, si makhluk humanoid kecil yang populer di budaya dan mitologi Indonesia. Kalo gini caranya, gak heran kalau mereka dapet panggilan absurdist-punk!

 

Superfriends, semua hal di atas bikin album kedua Leipzig jadi album nano-nano karena lo bisa rasain sensasi yang beda dari lagu-lagunya. Gak percaya? Buktiin aja dengan dengerin sendiri! Fyi, album ini dirilis versi digital dan kaset lewat label mereka sendiri Hoam Chomsky Records. Selamat mendengarkan!